Kamis, 24 Mei 2012

ORNITOLOGI BIRDWATCHING

Keanekaragaman Burung Di Habitat Yang Berbeda Di Sekitar Surakarta 


       Indonesia merupakan negara yang mempunyai kekayaan burung yang sangat besar. Namun sayangnya, Indonesia juga memiliki daftar panjang burung yang terancam punah. Dewasa ini, pandangan masyarakat tentang burung dan pemanfaatannya mulai mengalami pergeseran. Pada saat ini banyak masyarakat yang sangat menggemari burung dengan cara menikmati kicauan burung dalam sangkar, di lain pihak mulai bermunculan kelompok-kelompok pecinta burung yang menikmati keindahan burung di alam bebas. 

     Kegiatan ini dikenal dengan sebutan birdwatching atau birding. Kegiatan birdwatcing baik dilakukan untuk mengetahui informasi tentang burung sehingga kedepannya aka nada kegitan perlindungan terhadap burung dan habitatnya. Kegiatan ini tidak mengancam kelestarian burung itu sendiri, karena hanya menikmati keindahan burung baik dari perilaku maupun suaranya yang merdu di alam bebas tanpa mengganggu kehidupan burung. Berbeda dengan kegiatan masyarakat yang mengancam kelestarian burung seperti perburuan burung untuk dikonsumsi. Masyarakat banyak memanfaatkan burung dan aves pada umumnya sebagai sumber makanan yang kaya protein hewani. Hal ini yang menyebabkan terjadinya kepunahan burung. Selain itu, sekarang banyak pecinta burung dalam sangkar yang dipelihara karena nilai prestise-nya.

      Meningkatnya penggemar burung dalam sangkar juga dapat menyebabkan keanekaragaman burung di habitat aslinya semakin berkurang, sehingga peranan burung sebagai salah satu komponen ekosistem juga mempunyai peran ekologis yang sangat penting semakin berkurang di habitat aslinya. Sehingga perlu adanya pemahaman mengenai kehidupan dan perilaku burung untuk menjaga kelestariannya. Pemahan mengenai burung dapat dilakukan dengan mempelajari secara langsung kehidupan burung. Dalam mata kuliah Ornithologi ini untuk memahami perilaku, sifat dan habitat burung di suatu daerah maka dilakukan pengamatan burung di berbagi tempat yang keadaan lingkungannya berbeda.

 Dalam pengamatan mata kuliah Ornithologi ini terbagi tujuh kelompok untuk mengamati burung di habitat yang berbeda, yaitu : 

 ‎1. Lokasi di persawahan (persawahan di sekitar perum UNS Triyagan Sukoharjo)

  Pengamatan di area persawahan dilakukan di Perumahan UNS IV Triyan Sukoharjo pada tanggal 10 Mei 2012 jam 08.00-09.00. Kondisi di area persawahan yaitu sawah masih banyak ditumbuhi oleh padi-padi yang menguning dan belum banyak padi yang di panen, sehingga masih banyak padi yang merupakan lading makanan untuk burung pemakan biji bijian. 

     Dari pengamatan yang dilakukan ditemukan 4 jenis burung yaitu Burung pipit yang jumlahnya kurang lebih 25 ekor, burung pipit ini memakan padi yang menguning, sehingga habitatnya berada di daerah persawahan. Didapati burung pentet yang sedang bertengger di dahan bambu dekat sawah, burung ini merupakan burung pemakan biji-bijian,serangga,ulat,kroto. Ditemukan juga burung gereja dan burung wallet, burung gereja suka hinggap di pohon pohon dekat sawah dan burung wallet yang sering terbang rendah di sekitar padi. Dari pengamatan yang dilakukan populassi burung pipit paling banyak, karena burung pipit makan pokoknya adalah biji-bijian sehingga, tempat keberadaan burung pipit tidak jauh dari makananya yaitu area persawahan. 

 2. Lokasi di tempat ramai yang banyak dinaungi pohon besar (Keraton Solo) Pada

  Pengamatan di tempat ramai yang banyak dinaungi pohon besar, dilakukan di wilayah keraton Solo. Bagian keraton dibagi dua lokasi pengamatan yaitu di bagian sekitar alun-alun utara Solo dan di Keraton Siti Inggil. Di Alun-alun utara pengamatan dilakukan pada tanggal 6 Mei 2012 jam 08.00-10.00.

 Hasil pengamatan yaitu ditemukannya empat jenis burung yaitu : Burung Sriti, burung gereja, burung erasia, dan burung bondol jawa. Pengamatan yang kedua dilakukan di Keraton Siti Inggil pada tanggal 6 Mei 2012 jam 08.00-10.00. Hasil pengamatan yaitu ditemukannya enam jenis burung yaitu : Sriti, bentek kelabu, perenjak padi, bondol peking, kipasan belang, dan tekukur. Dari dua bagian pengamatan jumlah jenis yang ditemukan di keraton Siti Inggil lebih banyak, karena di daerah ini masih banyak dinaungi pohon besar. 

 3. Lokasi di dekat jalan raya (Boelevard UNS, Jl. Ir Soetami) 

      Lokasi pengamatan selanjutnya adalah di dekat jalan raya. Dalam pengamatan ini dipilih di daerah Boelevard UNS, Jl. Ir Soetami. Dilokasi ini merupakan jalan raya yang cukup ramai karena merupakan jalan penghubung antar propinsi, sehingga juga berpengaruh pada keberadaan burung. Pengamatan dilakukan pada hari Kamis 10 Mei 2012 jam 9.00-10.00 WIB. 

      Dari hasil pengamatan dijumpai 4 jenis burung yaitu : Emprit, kutilang, Sriti, Gereja erasia. Di lokasi pengamatan ini tidak terlalu banyak jenis burung yang ditemukan. Burung yang ditemukan merupakan burung yang pada umumnya hidup di pepohonan dan di daerah perumahan. Dari sedikitnya spesies yang ditemukan ini kemungkinan disebabkan karena habitatnya tidak sesuai dengan jenis jenis burung tertentu. Sehingga hanya dijumpai burung yang dapat menyesuaikan diri pada kondisi tersebut.  

4. Lokasi di sekitar perumahan (perumahan Ngoresan , Jebres, Surakarta) 

       Untuk pengamatan di sekitar perumahan di ambil tempat yaitu perumahan Ngoresan , Jebres, Surakarta, di daerah ini tidak banyak dijumpai pohon-pohon besar namun di dekat daerah ini terdapat lokasi yang masih banyak pohonnya yaitu di sekitar kuburan Cina. Sehingga meskipun di daerah perumahan, namun lumayan banyak dijumpai jenis burung. Enam jenis burung masih bias dijumpai di daerah ini. Pengamatan dilakukan pada tanggal 10 Mei 2012 jam 7.00-09.00. Dari pengamatan dijumpai enam jenis burung, yaitu : Burung wallet sapi, gereja, merpati, emprit, blekok sawah, kutilang. Burung merpati ditemui di atap rumah, sehingga dimungkinkan merpati tersebut merupakan burung yang di ternakkan oleh warga. Burung gereja dan emprit banyak yang hinggap di pepohonan yang masih ada. 

 5. Lokasi di taman kota (Taman Kota Balekambang) 

     Pengamatan selanjutnya dilakukan di Taman Kota Balekambang. Kondisi di bale kambang merupakan habitat yang paling bagus dibandingkan dengan enam stasiun pengamatan yang lain. Karena di Taman Balekambang ini masih banyak vegetasi yang sangat cocok untuk kehidupan burung. 

      Sehingga banyak burung yang ditemukan di daerah ini yaitu : Burung merpati, ayam, kalkun, gereja erasia, kutilang, angsa, sriti, merbah, kaca mata, burung prenjak jawa, dederak jawa, pelatuk, dan burung cabe. Burung yang ditemukan di lokasi ini ada yang sebagian di pelihara oleh pengelola taman dan ada juga burung yang liar. Misalnya burung kalkun, ayam, merbah merupakan burung yang dipelihara di taman Balaikambang. Namun ada pula brung yang liar berada di atas pohon seperti burung sriti, pelatuk dan burung gereja. Ada pula burung yang memang di tangkarkan di taman ini salah satunya adalah burung kaswari, kakak tua, elang bondol dan masih banyak lagi.  

6. Lokasi di pedesaan yang masih banyak vegetasinya (Bekonang dan Pandean, Gemolong)

  Daerah pengamatan selanjutnya adalah di pedesaan yang masih banyak vegetasinya. Lokasi yang dipilih adalah di Bekonang,Baki dan Gemolong. Pengamatan di Bekonang dilakukan pada sore hari jam 16.00-17.00 WIB. Didaerah ini merupakan daerah pedesaan yang lumayan masih banyak pohon, namun juga banyak terdapat persawahan sehingga burung yang diamati tidak jauh berbeda dengan yang berada di daerah persawahan. Burung yang dijumpai yaitu burung cici padi dan burung gelatik, kedua burung ini ditemukan dalam jumlah yang banyak, yaitu kurang lebih 30 ekor. Pada saat pengamatan cuaca sedang gerimis sehingga kemungkinan burung tidak kelur, jadi hanya dijumpai 2 jenis burung di lokasi ini. Lokasi yang kedua adalah di daerah Baki, Pandean. Pengamatan dilakukan sekitar jam 9.00 WIB. Burung yang ditemukan adalah emprit ganthil, prenjak, sriti, dan puyuh. Kondisi alam di daerah ini masih banyak pepohonan yang besar. Sehingga jika dilakukan pengamatan lebih pagi akan lebih banyak dijumpai jenis burung. 

     Lokasi pengamatan berikutnya di Gemolong, Sragen dilakukukan pada pukul 05.00-05.30 WIB. Di lokasi ini banyak pepohonan namun tidak terlalu banyak burung yang dijumpai. Dapat dikarenakan pengamatan yang terlalu pagi. Burung yang ditemukan di Lokasi ini adalah cici padi, gagak jawa, ayam, dara. Ada burung yang menarik yang dijumpai di lokasi ini yaitu burung gagak jawa. Burung ini jarang ditemukan di daerah perkotaan atau daerah yang ramai. Sehingga dapat disimpulkan bahwa lokasi pengamatan ini masih sesuai untuk dihuni oleh populasi burung. Ayam dan burung dara yang ada merupakan burung yang dipelihara oleh masyarakat. Sehingga kehidupannya tidak terlalu bergantung kepada lingkungan.  

7. Lokasi di tempat keramaian (Terminal Tortonadi) 

      Tujuan pengamatan yang terakhir adalah di daerah keramaian, lokasi yang dipilih adalah di sekitar terminal Tirtonadi. Kondisi di lokasi ini sangat ramai karena merupakan jalur lalu lintas dari berbagai kota. Selain itu juga merupakan tempat transit orang-orang dari berbagai daerah sehingga keadaanya sangat ramai. Burung yang dijumpai di daerah ini yaitu : burung dara, burung wallet sapi, gereja, emprit, dederuk jawa. Namun burung yang dijumpai masih tergolong banyak. Hal ini dikarenakan adanya keseimbangan antara kondisi yang ramai dan padat, namun masih banyak pepohonan di sekitar terminal Tirtonadi. Seperti di depan terminal juga banyak pohon besar yang rimbun. Selain itu lokasi ini dekat dengan taman kota Balekambang, sehingga burung-burung dekat untuk mencari tempat yang sesuai setelah berada di derah keramaian.  

Hubungan Keanekaragaman Populasi Burung di Habitat yang Berbeda pada Tujuh Lokasi Pengamatan 

         Struktur vegetasi merupakan salah satu faktor kunci yang mempengaruhi kekayaan spesies burung pada tingkat lokal (Wiens 1989). Hubungan yang sangat erat antara komunitas burung dengan indeks keragaman habitat menunjukkan bahwa burung sangat tergantung pada keragaman kompleksitas dari pohon, tiang dan semak (Chettri et al 2005). Ada perbedaan struktur komunitas burung pada daerah yang mempunyai struktur vegetasi yang berbeda, ataupun antara vegetasi alami dengan yang terganggu (Paerman 2002). 

         Kondisi vegetasi yang baik menjadikan banyak jenis yang tinggal di area tersebut, menurut Pudyatmoko (2006) penutupan vegetasi yang baik pada suatu kawasan hutan akan menyebabkan terjadinya kemelimpahan burung. Menurut Djuwantoko dan Hadiwinoto (1995) perubahan tegakan atau vegetasi yang berfungsi sebagai habitat satwa akan berpengaruh terhadap kehidupan satwa, baik populasi, tingkah laku, maupun perkembangbiakan. Kerusakan vegetasi akan berpengaruh terhadap jumlah individu burung. Jadi dengan adanya vegetasi dan lingkungan yang berbeda maka populasi burungpun berbeda. Burung yang dijumpai di area persawahan didominasi oleh burung pemakan biji-bijian seperti yang ditemukan di lokasi pengamatan Perum Triyagan Sukoharajo yang dihuni oleh burung pipit yang banyak. 

         Tempat hidup burung tidak jauh-jauh dari tempat makanannya. Untuk daerah yang sudah memasuki kota baik daerah keraton atau daerah di pnggir jalan raya pada pengamatan ini banyak dijumpai burung gereja erasia, hal ini dikarenakan burung gereja erasia merupakan burung non-migran dengan daya jelajah rendah (± 1,5 km2), Hidup secara berkoloni, beristirahat, mencari makan, dan berkembang biak dekat dengan permukiman manusia. Burung yang hampir ada di setiap habitat atau stasiun pengamatan yang berbeda adalah burung merpati, burung merpati ini masih banyak ditemukan di beberapa lokasi pengamatan yang berbeda. Hal ini karena burung merpati mudah menyesuaikan diri dari lingkungannya. Selain itu burung ini dapat bermigrasi jauh dan dapat kembali lagi ke tempat hidupnya dimana sebagian besar hidupnya di pelihara oleh manusia. Burung sriti juga ditemukan di beberapa stasiun pengamatan, burung ini dijumpai dalam jumlah yang banyak. Masih banyaknya burung ini karena tidak terlalu banyak manusia yang memburu burung ini, sehingga kelestariannya tetap terjaga. Selain itu juga burung sriti dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya sehingga tidak terlalu susah untuk mendapatkan habitatnya. 

          Hasil pengamatan burung juga ditentukan oleh waktu pengamatan. Pengamatan yang dilakukan pada waktu yang tepat akan dijumpai beraneka ragam burung. Karena burung pada umumnya keluar di pagi dan sore hari. Adanya keanekaragaman burung tersebut disebabkan oleh adanya vegetasi atau lingkungan yang berbeda. Sehingga burung menempati atau tidak sutu daera tergantung vegetasi yang harus sesuai dengan kebutuhannya.