Selasa, 30 Oktober 2012

Goa Lawa "Biggest Cave in ASEAN"

           26 Oktober 2012 Solo---Karang Anyar---Magetan---Madiun---Caruban---Nganjuk---Kediri---Tulung Agung dengan ms Gentar,Zaki,Alfi.Touring to East Java.
Perjalanan yang panjang, berangkat jam 04.30 dan sampai Tulung Agung jam 11.15. Dengan dibumbui shalat Iedul Adha di Magetan dan perjalanan dengan terik matahari yg membakar aspal.Yaa begitulah singkat ceritanya.
              Intinya mau cerita Goa Lawa, dah gatel aja pengen cerita pesona Goa Lawa.
Hari kedua di Tulung Agung tempat pakpuh (pakdhe), Sabtu 27 Oktober kakak saya mas gentar ngajak kami bertiga melihat keindahan goa lawa sambil dia ngambil foto, entah apa istilahnya memfoto2 keindahan goa dengan kamera besarnya itu. Berangkat dari rumah jam 10.00 kami berangkat dari rumah dan menyusur jalan menuju daerah trenggalek hingga akhirnya sampai parkiran goa lawa sekitar jam 11.00. Sekitar 1 jam lah ditempuh dg mobil dari tulung agung tempat ms gentar  sampai goa lawa
        
      Goa Lawa ini berada di desa Watuagung, kecamatan Watulimo, kabupaten Trenggalek. Goa ini merupakan goa pariwisata yang memiliki panjang kurang lebih 850 meter, namun belum banyak yang tau untuk orang orang yang dari luar kota. Turun dari mobil kami disuguhi oleh pohon-pohon jati yang masih lebat. Terlihat sekali bahwa kawasan ini masih sangat dijaga kealamian vegetasi di sekitar goa. Hal ini sangat baik dalam menjaga kondisi tanah agar tidak terjadi longsor dan udarapun akan terasa lebih sejuk. Taman buatanpun masih sedikit disini.Keren deh...
         Tiket masuk per orang sebesar Rp. 6000. Setelah beli tiket masuk, kami lebih masuk ke dalam mendekati goa, dan masih disuguhi vegetasi jati yang semakin lebat dan di bawahnya di lengkapi dengan perlengkapan mainan anak seperti ayunan, perosotan dll. Di dekat pintu masuk terdapat Patung Sri Ratu Lowo(kata blog sebelah),dan foto di sana pun tak terlewatkan bagi saya.hihihiih. Semakin mendekati goa di kanan kiri tempat kami berjalan banyak batu batu besar yang masih alami serta udara gunung yang masih segar. Terdapat batu yang sangat besar menggantung di atas tangga turun masuk ke gua. hmmm..Oke bgt lah penataannya.
         Alhamdulillah...sampai di mulut gua. Jangan lupa baca dan taati tata tertib yang ada :

        Dari mulut goa sudah terlihat sekali kalau goa ini sangat besar. Masuk ke dalam gua mulai terlihat stalagtit dan stalagmit yang begitu berbeda dengan goa2 yang pernah saya kunjungi. Dari beberapa informasi stalagtit dan stalagmit ini masih hidup dalam artian masih mampu bertambah panjang, ini dikarenakan adanya rembesan air dari tanah yang berada di atas gua yang mengandung kapur, sehingga mampu mengaktifkan stalagtit dan stalagmit untuk bertambah besar atau panjang, dan semakin memasuki goa,kususnya pada ujung tetesan air itu masih sangat berasa hingga membasahi baju.
 
         









               
Semakin ke dalam semakin terlihat aliran air yang berada di kanan kiri tempat kami berjalan. Karena musim kemarau alirannya tidak begitu deras. Namun disayangkan sekali, disekitar aliran air ini banyak sekali sampah sampah plastik ataupun kain yang tersangkut di batu batu lantai goa. Hal ini memperlihatkan kurang bersihnya sungai di kawasan trenggalek. Sehingga mengurangi estetika goa yang pada dasarnya sangat menarik.Yaaa,,menurut saya demi keindahan dan kesehatan sebagian retribusi di alokasikan untuk membersihkan area sampah yang ada di goa. Karena permasalahan sampah memang seharusnya cepat ditangani. Daripada kedepannya membuat goa ini terendam air seluruhnya karena sampah..(waduh keluar dari konteks)
        Semakin banyak kaki inin melangkah memasuki goa saya merasakan suatu bau (semacam bau apek) yang mengusik hidung, kata alvi teman kami itu adalah bau kotoran kelelawar. Tapi baunya tidak begitu menyengat, dan bukan suatu permasalah untuk aroma di dalam goa. Dari sumber yg saya baca, kotoran kelelawar ini diambili oleh petugas pada malam hari pada tempat tempat tertentu,jadi baunya nggak begitu mengganggu....Memang di goa ini terdapat kelelawar yang sangat banyak.Makanya goa ini diberi nama Goa Lawa (lawa=kelelawar) O iya..hewan nocturnal ini tidak begitu terganggu karena adanya penerangan di dalam goa,karena memang penerangan di goa ini tidak begitu terang, sehingga lampu lampu kecil tidak begitu mengusik habitat mereka.
        Di tengah perjalanan menyusuri goa terdapat ruangan besar yang bertuliskan tempat istirahat, yang dapat melihat ke arah bawah yang di lewati tadi (karena agak naik ke atas). Terlihat stalagtit dan stalagmit yang bermacam macam bentuknya. Hingga kamera kakak sayapun tak bisa off.yuuuk bergaya....^__^
        Perjalanan dilanjutkan, jalannya aga turun dan disana semakin terdengar bunyi kelelawar, karena memang di atas goa terdapat lobang kecil, sehingga matahari langsung dapat sedikit menyinari goa dadari lobang ini kelelawar keluar masuk goa. Ini yang membuat suasana goa semakin indah,chiee...
Meskipun ada sedikit penyinaran (sedikit sekali lho,,lobang kecil) di dalam goa ini tidak ditumbuhi oleh tumbuhan bahkan tumbuhan airpun. Karena intensitas cahaya matahari yang tidak ada(sangat sangat sdikit) tidak mampu menghidupkan tanaman.
          Dan akhirnya...."MAAF SEMENTARA KUNJUNGAN GOA SAMPAI DISINI"(himbauan,kurang lebih bertuliskan seperti itu). Itu tandanya kami sudah sampai di ujung goa,maksudnya di ujung jalan goa,,soalnya kalau di teruskan masih bisa disusuri lagi, hanya saja jalannya belum di bangun. Disini kami berhenti lama, ketiga teman saya turun untuk melihat kondisi yang belum dibangun jalannya itu, yaa wajar mereka anak MAPALA yang sangat interest dengan keindahan goa,kususnya goa yg masih alami. Lamaaa banget....karena memang mereka jeprat-jepret mengabadikan kenampakan di ujung goa dengan berbagai perlengkapan kamera yang saya ga mudheng. Cukup lah saya mengamati dengan sedikit aga bosen karena menunggu..^___^
            Setelah lamaaa...akhirnya kami keluar, dan berbincang bincang dengan penjaga goa nya. Ada informasi bahwa di sekitar sini masih banyak goa-goa, salah satunya adalah goa yang suka digunakan untuk bertapa(namanya lupa).
             Alhamdulillah..PULAAAAANG...dan tidak lupa beli es tebu, yang di solo  sangat jarang ditemukan.

#Foto by Gentar & Alvya

Minggu, 21 Oktober 2012

Lebih Hidup dengan KEBERSAMAAN

                Kebetulan ada di rumah tiba-tiba pengen nulis hal-hal yang ada di rumah. Yaaa meskipun saya nggak bisa menulis secara runtut  ...
Ada yang baru niiih...(gaya afika). Minggu ini ada benda baru di rumah kami, bukan mau pamer atau semacamnya ya..tp mau cerita tentang antusiasnya warga desa saya memfungsikan benda itu.
                Gamelan adalah alat musik tradisonal yang umum banyak digunakan oleh kawula sepuh.  Dan sudah sangat jarang diminati oleh kawula muda. Barang baru yang kita miliki adalah gamelan. Adik saya yang merupakan siswa pedalangan SMKI Surakarta kelas 12 saat inilebih sering latihan untuk tugas akhirnya nanti, sehingga  hal ini yang mendorong orang tua saya untuk membelikan gamelan. Dengan gamelan ini warga dusun kami ikut senang dan merasa ikut memiliki. Hampir setiap malam mereka datang kerumah untuk memainkan musik ini. Betapa senangnya melihat kekompakan mereka yang sudah sepuh sepuh bermain musik dengan begitu mahirnya. Yang datang ditempat kami Tidak semua bisa memainkan musik tapi yang tidak bisa ini juga ikut senang menikmati alunan gendhing yang di mainkan, sesekali mereka juga berlatih minta diajari sama yang sudah mahir. Banyak lelucon yang menyeletuk dari bapak2 bahkan dari eyang2 yang membuat suasana semakin kompak dan rame. 

                Tabuhan umumnya dimulai dari jam 8 malam hingga kurang lebih sampai jam 11 malam.  Gendhing yang dimainkan antara lain adalah ‘’ayak-ayak, wilujeng, tolu dll’’. tetangga tetangga yang mendengarkan dari rumah mengatakan kalau denger gamelan itu rasanya asri banget (kata bu Parni). Adanya tabuhan ini menurut saya dapat meningkatkan rasa kekeluargaan, kekompakan dan kebersamaan antara warga desa. Selain itu juga dapat nguru uri kebudayaan jawa. Tidak sedikit anak anak SD yang ikut melihat dan kadang2 juga nyoba untuk membunyikan satu persatu alat. Ini dapat mengenalkan anak-anak pada alat musik tradisional yang akhir akhir ini kurang diminati anak-anak muda.
       Kusus malam minggu tabuhan untuk mengiringi wayang yang di mainkan oleh adik saya (Qohhar ) sekalian latihan untuk ujian akhirnya nanti. Di malam minggu yang datang lebih banyak, bahkan ibu2 juga datang. 

          Pada hari minggu pagi Gamelan di pukul oleh adik adik yang masih SD. Adik adik ini belajar gamelan untuk memainkan notasi gendhing jawa yang didapat dari sekolah, namun belum bisa praktek secara langsung karena di sekolah belum ada.
          Begitulah kekeluargaan warga desa yang masih di jaga hingga sekarang. Kepedulian yang besar antar tetangga membuat desa kami lebih hidup meskipun jauh dari tempat perbelnjaan dan tontonan2 mewah. Tidak akan berkecil hati kami dikatakan orang kampung yang minim jaringan handphone, susah air, lugu dan tak ber make up layaknya orang kota. Kami masih punya rasa kekeluargaan yang besar dan rasa saling memiliki. Itu yang lebih kami syukuri.

HujanMu Kunanti

Dusun Sambi Desa Johunut Kecamatan Paranggupito Kabupaten Wonogiri..Suatu daerah yang sangat berarti dalam hidup saya, dimana saya mendapatkan ketenangan, kedamaian dan tempat melepaskan rindu setelah senin hingga jumat menumpang di kota Solo. Oktober ini, Awan mendung menaungi Desa kami,yaaah...setelah musim kemarau panjang yang membuat petani beristirahat menggarap tegalannya (lahan kering dengan tanah lebih kemerahan). Awan mendung yang belum pasti menurunkan hujan ini disambut gembira oleh semua orang di desa. Kenapa semua orang desa??karena memang penghuni desa kami adalah petani yang mengandalkan air hujan sebagai topangan hidup kami, baik untuk keperluan sehari-hari atau untuk menumbuhkan benih padi dan tanaman lain yang merupakan sumber penghidupan kami. 

                

      Saat kemarau petani di desa kami istirahat menggarap sawahnya, bukan istirahat yang sebenarnya. Namun dibandingkan pekerjaan yang dilakukan di musim hujan yang begitu menguras tenaga, di musim kemarau lebih bisa sedikit beristirahat karena rakyat kecil di desa kami hanya memanen singkong dan mungkin ada sebagian yang panen kacang tholo. Dengan matahari yang begitu menyengat mereka mencabut panenan singkong. Semangat mereka begitu besar, tanpa merasakan lelah mereka setiap hari pergi ke tegalan untuk melakukan apa saja yg bisa mereka lakukan untuk meningkatkan hasil panennya di musim hujan yang akan datang. Suatu proses yang luar biasa..
                Setelah pemanenan singkong selesai petani di desa kami melakukan persiapan lahan tegalan untuk ditanami padi, kacang, jagung atau singkong di musim hujan yang akan datang. Persiapan lahan ini dinamakan Besik yang dilakukan dengan cara membersihkan apa saja yang ada di lahan tegalan, pada umumnya adalah menyapu dan menghancurkan tanah yang bergelondong (lemah lungko) akibat dari pencabutan singkong pada tanah yang keras. Pemupukan dengan pupuk kandang juga dilakukan pada saat Besik ini.
tegalan dengan tanah kering
tanaman meranggas

            Menanti, menanti, dan menanti musim hujan... Oktober datang,,hujan belum juga turun,,namun mendung sudah menghampiri desa kami. Hal ini sudah  disambut para petani dengan menanam padi, meskipun hujan belum turun,,namun setidaknya para petani sudah punya harapan besar untuk memenuhi kebutuhan kebutuhan mereka yang hampir semua kebutuhan dihasilkan dari panenan .
Kalau hujan udah datang para petani di desa kami akan sangat super sibuk, dari pagi hingga hampir magrib mereka di tegalan. nDangir (menyiangi rumput gulma) adalah kegiatan pertama yang dilakukan setelah tanaman tumbuh, selanjutnya dilakukan pemupukan berkala. Namun ada juga yang hanya sekali pemupukan atau tidak sama sekali di pupuk. Hal ini disebabkan karena tidak cukupnya uang untuk membeli pupuk yang semakin mahal.  

Salut dengan kerja keras mereka. Tingkatkan rasa syukur kami ya Rabb, dan Semoga semua yang kami lakukan di desa ini Engkau hitung sebagai ibadah.

Kamis, 11 Oktober 2012

its like ''Malaikat'' berSayap sesungguhnya. "BIRDWATCHING''

               Indonesia kaya akan flora dan fauna, sehingga banyak kegiatan atau hobi yang memanfaatkan kekayaan flora dan fauna ini. Salah satunya adalah Birdwatching. Birdwatching dalam arti sederhananya adalah melihat keindahan warna warni burung, menikmati kicauannya dan mempelajari sifat-sifat dari setiap spesies, dengan tujuan tidak lain untuk konservasi.
               Tanggal 29 September 2012 kemarin ''Kepak Sayap'' Mipa UNS mengadakan Latihan Dasar Birdwatching diTaman Hutan Raya Ngargoyoso. Kepak sayap adalah kelompok studi yang ada di MIPA UNS yang memberikan ruang pada mahasiswa yang peduli terhadap kelestarian burung. kegiatan  Latsar yang diagendakan kepak sayap ini menekankan tentang etika birdwatching, karena memang kegiatan ini masih banyak diikuti oleh orang orang yang masih awam tentang birdwatching khususnya saya sendiri.


               Kegiatan ini diawali dengan sharing dan pembekalan cara-cara birdwatching dengan senior mas andika yang dulu pernah menjabat di Kepak Sayap juga.Perlengkapan yang perlu dibawa adalah
1. Binokuler/monokuler
2. Buku catatan
3. Buku identifikasi burung
             Selanjutnya sekitar pukul 15.00 wib mulai pengamatan burung dan dibagi menjadi 3 kelompok. Saya mendapat bagian kanan dari aula Tahura naik keatas, Ditahura ini di dominasi oleh tumbuhan pinus.Kelompok kami berjalan mengendap untuk tidak mengganggu aktivitas burung, sebagian dari kami juga sering menirukan suara burung. Pada pengamatan sore tersebut tidak banyak burung yang bisa dilihat burung pertama yang dilihat adalah Srigunting. Memang pada sore itu burung yang dijumpai kebanyakan adalah srigunting, kutilang dan walet gunung.

            Malam harinya kami mendiskusikan burung yang kita amati pada sore itu, ternyata masih banyak etika birdwatching yang kurang dipahami seperti menirukan suara burung yang kurang pas, tertawa dengan keras, memakai pakaian yang mencolok, bahkan masih suka berteriak untuk memanggil teman kelompok lain yang jauh dari wilayah pengamatan kami(Big Cooooo*aaaaa!!!!!). Sehingga mungkin menyebabkan terganggunya burung-burung. Evaluasi yang lain adalah kami tidak mencatat populasi burung yang kita temukan dan tidak menSketsnya.hhhhmmmm...masih terlalu awam memang..
           Sebenernya gimana sih tips birdwatching yang bener???..menurut buku MacKinnon (kitabnya Birdwatchers..)seperti ini nih :
1. Mengenakan pakaian yang tidak mencolok,misal warna hijau tua, atau hitam agar tidak mengganggu aktivitas burung.Hindari warna putih (malah saya pake kaos warna putih..errrrrrrr -_- )
2.  Menggunakan sepatu atau sandal gunung yang safety. Kenakan pula kaos kaki karena di hutan hujan tropis lembab dan banyak pacet biasanya.
3. Kelembaban hutan hujan tropis akan menyebabkan masalah pada binokuler, kamera dan kacamata. Simpan barang tersebut pada plastik dengan dibungkus kain atau kertas kering.(kacamata burhan sama revo sering2 di lap aja ya....^_^)
4. Pada saat pengamatan burung lakukan perjalanan yang lambat, berusaha untuk tidak melewatkan obyek satupun karena banyak burung seperti paok, sempidan, anis dan ayam hutan sangat waspada dan dapat mendengar suara asing dari jauh,sehingga akan cepat menghilang sebelum dilihat.Namun perjalalanan cepat dan tidak berisik perlu dilakukan juga ding..agar burung semacam itu tidak terlewatkan.
5. Bersabar menunggu sambil beristirahat juga hal yang menguntungkan sambil mengamati sekitarnya.
6. Minimalkan pembicaraan dengan teman.
7. Membuat catatan lapangan pada saat pengamatan untuk mencatat hal-hal yang penting seperti waktu pengamatan, lokasi, burung yang masih asing, dan tingkah laku ataupun tentang makanannya. 
8. Sebaiknya dalam kelompok birdwatching hanya terdiri dari 2-5 orang saja.

             Pagi, pukul 06.00 kelompok saya mulai melakukan pengamatan kembali di lokasi yang sama dengan menggunakan binokuler. Kali ini karena waktunya juga tepat yaitu pagi hari, kami lumayan menemukan banyak spesies burung. 
Kenapa waktu yang tepat adalah pagi hari??...
Karena burung paling aktif saat pagi hari. Sore hari dapat juga dilakukan, namun biasanya burung yang dijumpai tidak seaktif di pagi hari. Burung yang pertama kami lihat adalah kutilang (Pycnonotus aurigaster) dengan topi hitam tunggir keputih putihan dan tungging jingga kuning, yang dijumpaii sebanyak 5 ekor. Kemudian dilihat pula walet gunung (Collocalia esculenta) yang memiliki bentuk lebih ramping. Diujung pohon kering kami melihat Caladi sebanyak 3 ekor, namun untuk spesies tepatnya kami masih ragu ^_^. Setelah lebih naik ke bukit, mas andika melihat kekeb babi ( Artamus leucorhynchus ) yang memiliki ciri tunggir putih, paruh tebal kebiruan dan sayap lebar segi tiga ekor tidak menggarpu, sebanyak 1 ekor. Kemudian mas gembul menyaksikan Elang hitam (Ictinaetus malayensis) sebanyak 3 ekor,namun  terlihat masih kecil. Sayangnya saya tidak melihat langsung hanya dari kamera SLRnya ms gembul yang sempat diabadikannya. O..banyak kemiripan antara alap alap dengan elang, hal yang membedakan dengan jelas adalah pada saat swaring sayap burung elang terlihat menjari, berbeda dengan sayap pada alap alap yang terlihat rata.
          Masih dilokasi yang sama, diatas bukit dengan pohon pohon pinus, kelompok kami melihat burung tekukur satu ekor, cirinya kurang jelas karena hanya sekilas melintas. Kelompok kami juga melihat burung dederuk jawa (Streptopelia chinensis). Dan saat kelompok kami turun menuju taman di kanan aula teman kami teguh melihat burung diduga burung cekakak, namun belum pasti spesiesnya apa. Pada pengamatan kami banyak dijumpai burung srigunting (Genus Dicrurus) namun masih kebingungan antara Dicrurus paradiseus, Dicrurus annectans atau Dicrurus macrocercus karena kami masih sulit membedakan antara bentuk ekornya yang mirip, dan ciri lain pun kurang begitu terlihat. Binokuler kami menangkap 5 ekor srigunting dengan tempat yang berbeda. Burung terakhir yang diamati adalah 1 ekor burung pentet. 
           Seharusnya untuk mengidentifikasi burung yang benar didasarkan pada kombinasi dari beberapa ciri khas, termasuk penampakan umum, suara, dan tingkah laku. Juga penting untuk mencocokkan sebanyak mungkin bagian burung, terutama ciri diagnostik jika diketahui.Harus mengingat sifat yang paling mencolok tanpa melupakan ciri yang lain.
Untuk burung yang  baru atau belum dikenal, harusnya dibuat sketsa dalam buku catatan. tidak perlu bagus yang penting menggambarkan  berbagai ciri, termasuk suara dan lokasi dimana burung tersebut ditemukan(comot setelah baca buku MacKinnon)


            Pengamatan kami berakhir pada pukul 08.00 (hwaaaa... lapaaarr) dan dilanjutkan sarapan dengan mie instan. Acara selanjutnya adalah evaluasi dan sharing tentang burung yang dijumpai oleh kelompok lain. Ternyata masih banyak spesies burung yang berbeda yang dijumpai oleh kelompok lain. 

             Meskipun ilmu sudah disampaikan tapi saya masih sangat awam untuk melakukan birdwatching suatu saat nanti.Masih banyak pula kesalahan kesalahan saya yang bersangkutan dengan etika birdwatching. Perlu semangat belajar dan berjalan-jalan;;;kyaaaa..

            Mengamati burung di alam lepas sangat menyenangkan, banyak keuntungan yang di dapat dari satu kegiatan ini, yaitu olah raga, menyalurkan keinginan jalan-jalan dan berpetualang, kesenangan tersendiri dengan melihat warna warni keindahan burung dan suaranya yang merdu. Dan yang terpenting bisa mendorong untuk konservasi baik burung itu sendiri atau vegetasi hutan yang merupakan habitat untuk kelestarian burung. Karena burung merupakan salah satu indikator kelestarian lingkungan.




#sebagian foto dr Kepak Sayap
untuk mengambil foto burung kamera tidak memungkinkan