Kamis, 11 Oktober 2012

its like ''Malaikat'' berSayap sesungguhnya. "BIRDWATCHING''

               Indonesia kaya akan flora dan fauna, sehingga banyak kegiatan atau hobi yang memanfaatkan kekayaan flora dan fauna ini. Salah satunya adalah Birdwatching. Birdwatching dalam arti sederhananya adalah melihat keindahan warna warni burung, menikmati kicauannya dan mempelajari sifat-sifat dari setiap spesies, dengan tujuan tidak lain untuk konservasi.
               Tanggal 29 September 2012 kemarin ''Kepak Sayap'' Mipa UNS mengadakan Latihan Dasar Birdwatching diTaman Hutan Raya Ngargoyoso. Kepak sayap adalah kelompok studi yang ada di MIPA UNS yang memberikan ruang pada mahasiswa yang peduli terhadap kelestarian burung. kegiatan  Latsar yang diagendakan kepak sayap ini menekankan tentang etika birdwatching, karena memang kegiatan ini masih banyak diikuti oleh orang orang yang masih awam tentang birdwatching khususnya saya sendiri.


               Kegiatan ini diawali dengan sharing dan pembekalan cara-cara birdwatching dengan senior mas andika yang dulu pernah menjabat di Kepak Sayap juga.Perlengkapan yang perlu dibawa adalah
1. Binokuler/monokuler
2. Buku catatan
3. Buku identifikasi burung
             Selanjutnya sekitar pukul 15.00 wib mulai pengamatan burung dan dibagi menjadi 3 kelompok. Saya mendapat bagian kanan dari aula Tahura naik keatas, Ditahura ini di dominasi oleh tumbuhan pinus.Kelompok kami berjalan mengendap untuk tidak mengganggu aktivitas burung, sebagian dari kami juga sering menirukan suara burung. Pada pengamatan sore tersebut tidak banyak burung yang bisa dilihat burung pertama yang dilihat adalah Srigunting. Memang pada sore itu burung yang dijumpai kebanyakan adalah srigunting, kutilang dan walet gunung.

            Malam harinya kami mendiskusikan burung yang kita amati pada sore itu, ternyata masih banyak etika birdwatching yang kurang dipahami seperti menirukan suara burung yang kurang pas, tertawa dengan keras, memakai pakaian yang mencolok, bahkan masih suka berteriak untuk memanggil teman kelompok lain yang jauh dari wilayah pengamatan kami(Big Cooooo*aaaaa!!!!!). Sehingga mungkin menyebabkan terganggunya burung-burung. Evaluasi yang lain adalah kami tidak mencatat populasi burung yang kita temukan dan tidak menSketsnya.hhhhmmmm...masih terlalu awam memang..
           Sebenernya gimana sih tips birdwatching yang bener???..menurut buku MacKinnon (kitabnya Birdwatchers..)seperti ini nih :
1. Mengenakan pakaian yang tidak mencolok,misal warna hijau tua, atau hitam agar tidak mengganggu aktivitas burung.Hindari warna putih (malah saya pake kaos warna putih..errrrrrrr -_- )
2.  Menggunakan sepatu atau sandal gunung yang safety. Kenakan pula kaos kaki karena di hutan hujan tropis lembab dan banyak pacet biasanya.
3. Kelembaban hutan hujan tropis akan menyebabkan masalah pada binokuler, kamera dan kacamata. Simpan barang tersebut pada plastik dengan dibungkus kain atau kertas kering.(kacamata burhan sama revo sering2 di lap aja ya....^_^)
4. Pada saat pengamatan burung lakukan perjalanan yang lambat, berusaha untuk tidak melewatkan obyek satupun karena banyak burung seperti paok, sempidan, anis dan ayam hutan sangat waspada dan dapat mendengar suara asing dari jauh,sehingga akan cepat menghilang sebelum dilihat.Namun perjalalanan cepat dan tidak berisik perlu dilakukan juga ding..agar burung semacam itu tidak terlewatkan.
5. Bersabar menunggu sambil beristirahat juga hal yang menguntungkan sambil mengamati sekitarnya.
6. Minimalkan pembicaraan dengan teman.
7. Membuat catatan lapangan pada saat pengamatan untuk mencatat hal-hal yang penting seperti waktu pengamatan, lokasi, burung yang masih asing, dan tingkah laku ataupun tentang makanannya. 
8. Sebaiknya dalam kelompok birdwatching hanya terdiri dari 2-5 orang saja.

             Pagi, pukul 06.00 kelompok saya mulai melakukan pengamatan kembali di lokasi yang sama dengan menggunakan binokuler. Kali ini karena waktunya juga tepat yaitu pagi hari, kami lumayan menemukan banyak spesies burung. 
Kenapa waktu yang tepat adalah pagi hari??...
Karena burung paling aktif saat pagi hari. Sore hari dapat juga dilakukan, namun biasanya burung yang dijumpai tidak seaktif di pagi hari. Burung yang pertama kami lihat adalah kutilang (Pycnonotus aurigaster) dengan topi hitam tunggir keputih putihan dan tungging jingga kuning, yang dijumpaii sebanyak 5 ekor. Kemudian dilihat pula walet gunung (Collocalia esculenta) yang memiliki bentuk lebih ramping. Diujung pohon kering kami melihat Caladi sebanyak 3 ekor, namun untuk spesies tepatnya kami masih ragu ^_^. Setelah lebih naik ke bukit, mas andika melihat kekeb babi ( Artamus leucorhynchus ) yang memiliki ciri tunggir putih, paruh tebal kebiruan dan sayap lebar segi tiga ekor tidak menggarpu, sebanyak 1 ekor. Kemudian mas gembul menyaksikan Elang hitam (Ictinaetus malayensis) sebanyak 3 ekor,namun  terlihat masih kecil. Sayangnya saya tidak melihat langsung hanya dari kamera SLRnya ms gembul yang sempat diabadikannya. O..banyak kemiripan antara alap alap dengan elang, hal yang membedakan dengan jelas adalah pada saat swaring sayap burung elang terlihat menjari, berbeda dengan sayap pada alap alap yang terlihat rata.
          Masih dilokasi yang sama, diatas bukit dengan pohon pohon pinus, kelompok kami melihat burung tekukur satu ekor, cirinya kurang jelas karena hanya sekilas melintas. Kelompok kami juga melihat burung dederuk jawa (Streptopelia chinensis). Dan saat kelompok kami turun menuju taman di kanan aula teman kami teguh melihat burung diduga burung cekakak, namun belum pasti spesiesnya apa. Pada pengamatan kami banyak dijumpai burung srigunting (Genus Dicrurus) namun masih kebingungan antara Dicrurus paradiseus, Dicrurus annectans atau Dicrurus macrocercus karena kami masih sulit membedakan antara bentuk ekornya yang mirip, dan ciri lain pun kurang begitu terlihat. Binokuler kami menangkap 5 ekor srigunting dengan tempat yang berbeda. Burung terakhir yang diamati adalah 1 ekor burung pentet. 
           Seharusnya untuk mengidentifikasi burung yang benar didasarkan pada kombinasi dari beberapa ciri khas, termasuk penampakan umum, suara, dan tingkah laku. Juga penting untuk mencocokkan sebanyak mungkin bagian burung, terutama ciri diagnostik jika diketahui.Harus mengingat sifat yang paling mencolok tanpa melupakan ciri yang lain.
Untuk burung yang  baru atau belum dikenal, harusnya dibuat sketsa dalam buku catatan. tidak perlu bagus yang penting menggambarkan  berbagai ciri, termasuk suara dan lokasi dimana burung tersebut ditemukan(comot setelah baca buku MacKinnon)


            Pengamatan kami berakhir pada pukul 08.00 (hwaaaa... lapaaarr) dan dilanjutkan sarapan dengan mie instan. Acara selanjutnya adalah evaluasi dan sharing tentang burung yang dijumpai oleh kelompok lain. Ternyata masih banyak spesies burung yang berbeda yang dijumpai oleh kelompok lain. 

             Meskipun ilmu sudah disampaikan tapi saya masih sangat awam untuk melakukan birdwatching suatu saat nanti.Masih banyak pula kesalahan kesalahan saya yang bersangkutan dengan etika birdwatching. Perlu semangat belajar dan berjalan-jalan;;;kyaaaa..

            Mengamati burung di alam lepas sangat menyenangkan, banyak keuntungan yang di dapat dari satu kegiatan ini, yaitu olah raga, menyalurkan keinginan jalan-jalan dan berpetualang, kesenangan tersendiri dengan melihat warna warni keindahan burung dan suaranya yang merdu. Dan yang terpenting bisa mendorong untuk konservasi baik burung itu sendiri atau vegetasi hutan yang merupakan habitat untuk kelestarian burung. Karena burung merupakan salah satu indikator kelestarian lingkungan.




#sebagian foto dr Kepak Sayap
untuk mengambil foto burung kamera tidak memungkinkan
 


4 komentar:

  1. waah memori kepak sayap.. bagus te, keep writing :)

    BalasHapus
  2. siipppp......lanjutkan....lokasi sekitar omah kidul cobo dideteeksi

    BalasHapus
  3. Semangat mengenal alam semoga menambah benih dari beberapa menjadi tak terhingga

    BalasHapus