Minggu, 21 Oktober 2012

HujanMu Kunanti

Dusun Sambi Desa Johunut Kecamatan Paranggupito Kabupaten Wonogiri..Suatu daerah yang sangat berarti dalam hidup saya, dimana saya mendapatkan ketenangan, kedamaian dan tempat melepaskan rindu setelah senin hingga jumat menumpang di kota Solo. Oktober ini, Awan mendung menaungi Desa kami,yaaah...setelah musim kemarau panjang yang membuat petani beristirahat menggarap tegalannya (lahan kering dengan tanah lebih kemerahan). Awan mendung yang belum pasti menurunkan hujan ini disambut gembira oleh semua orang di desa. Kenapa semua orang desa??karena memang penghuni desa kami adalah petani yang mengandalkan air hujan sebagai topangan hidup kami, baik untuk keperluan sehari-hari atau untuk menumbuhkan benih padi dan tanaman lain yang merupakan sumber penghidupan kami. 

                

      Saat kemarau petani di desa kami istirahat menggarap sawahnya, bukan istirahat yang sebenarnya. Namun dibandingkan pekerjaan yang dilakukan di musim hujan yang begitu menguras tenaga, di musim kemarau lebih bisa sedikit beristirahat karena rakyat kecil di desa kami hanya memanen singkong dan mungkin ada sebagian yang panen kacang tholo. Dengan matahari yang begitu menyengat mereka mencabut panenan singkong. Semangat mereka begitu besar, tanpa merasakan lelah mereka setiap hari pergi ke tegalan untuk melakukan apa saja yg bisa mereka lakukan untuk meningkatkan hasil panennya di musim hujan yang akan datang. Suatu proses yang luar biasa..
                Setelah pemanenan singkong selesai petani di desa kami melakukan persiapan lahan tegalan untuk ditanami padi, kacang, jagung atau singkong di musim hujan yang akan datang. Persiapan lahan ini dinamakan Besik yang dilakukan dengan cara membersihkan apa saja yang ada di lahan tegalan, pada umumnya adalah menyapu dan menghancurkan tanah yang bergelondong (lemah lungko) akibat dari pencabutan singkong pada tanah yang keras. Pemupukan dengan pupuk kandang juga dilakukan pada saat Besik ini.
tegalan dengan tanah kering
tanaman meranggas

            Menanti, menanti, dan menanti musim hujan... Oktober datang,,hujan belum juga turun,,namun mendung sudah menghampiri desa kami. Hal ini sudah  disambut para petani dengan menanam padi, meskipun hujan belum turun,,namun setidaknya para petani sudah punya harapan besar untuk memenuhi kebutuhan kebutuhan mereka yang hampir semua kebutuhan dihasilkan dari panenan .
Kalau hujan udah datang para petani di desa kami akan sangat super sibuk, dari pagi hingga hampir magrib mereka di tegalan. nDangir (menyiangi rumput gulma) adalah kegiatan pertama yang dilakukan setelah tanaman tumbuh, selanjutnya dilakukan pemupukan berkala. Namun ada juga yang hanya sekali pemupukan atau tidak sama sekali di pupuk. Hal ini disebabkan karena tidak cukupnya uang untuk membeli pupuk yang semakin mahal.  

Salut dengan kerja keras mereka. Tingkatkan rasa syukur kami ya Rabb, dan Semoga semua yang kami lakukan di desa ini Engkau hitung sebagai ibadah.

7 komentar:

  1. Wuihh...lanjutkan....nulis mneh tentang karst baik alam budaya sosial ekonomi dll...potensi karst masih bnyk...save our karst

    BalasHapus
  2. Balasan
    1. hahahha....kapan om menyusuri jalan itu lagi....mungkin bagi orang kota kaya si om ini, jalan itu jln yg gak layak tapi meskipun begitu jalan itu gak ada macet om trus gak polusi kikiki.....

      Hapus
  3. Interest.... angkat terus kearifan lokal

    BalasHapus
  4. pertama melihat gambar (pertama) di google image saya sudah bisa menebak bahwa ini jalanan daerah kelahiran saya, dan ternyata benar, WONOGIRI...memang ya Wonogiri jalan desanya sangat khas (jalan bebatuan), baru sekitar 10 tahun ini dibuat coran beton (hanya untuk ban) kendaraan.
    kekhasan selanjutnya untuk Wonogiri adalah rumah-rumahnya yang kebanyakan masih bentuk asli Joglo
    Bangga punya kampung WONOGIRI...

    BalasHapus
  5. di desa kedamaian dapat dirasakan :)
    cara bersosialnya juga membuat kita seperti keluarga.

    BalasHapus